Energi terbarukan sebagai solusi pemanasan global di Indonesia merupakan topik yang semakin mendapat perhatian penting dalam upaya mengatasi dampak negatif perubahan iklim. Dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan energi terbarukan sebagai alternatif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Menurut Dr. Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, “Pemanasan global adalah ancaman serius bagi keberlangsungan hidup manusia dan ekosistem. Oleh karena itu, pengembangan energi terbarukan harus menjadi prioritas utama dalam kebijakan energi nasional.”
Salah satu contoh energi terbarukan yang sedang dikembangkan di Indonesia adalah tenaga surya. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi energi surya di Indonesia mencapai lebih dari 200 GW, namun baru sekitar 0,1% yang dimanfaatkan. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak potensi yang bisa dioptimalkan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Dalam sebuah wawancara dengan Prof. Emil Salim, pakar lingkungan dari Universitas Indonesia, beliau menyatakan bahwa “Pemanasan global tidak bisa diatasi hanya dengan kebijakan nasional, tetapi juga memerlukan kerjasama global dalam pengembangan energi terbarukan.” Hal ini menunjukkan pentingnya sinergi antar negara untuk mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca.
Selain tenaga surya, Indonesia juga memiliki potensi besar dalam pengembangan energi angin, biomassa, dan geothermal. Menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), pengembangan energi geothermal di Indonesia dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 12 juta ton CO2 per tahun.
Dengan potensi energi terbarukan yang melimpah, Indonesia memiliki kesempatan besar untuk menjadi pemimpin dalam pengurangan emisi gas rumah kaca di tingkat global. Namun, hal ini memerlukan komitmen dan kerjasama dari semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat dalam mengembangkan dan memanfaatkan energi terbarukan sebagai solusi pemanasan global di Indonesia.